Saya jarang sekali merencanakan makan di satu tempat di Bandung. Jalan saja dulu. Kalau ada rumah makan yang belum disambangi, lantas tempat parkirnya nggak ada masalah, mampirlah saya ke sana.
Itulah yang juga terjadi saat jalan di sekitar Jalan Trunojoyo, akhirnya saya mampir di Sagoo Kitchen.

Saat masuk ke dalam Sagoo Kitchen saya merasakan atmosfer jadul. Kejadulan terasa bahkan sampai hal-hal yang dijual di dalam resto. Lihat saja nama-nama masakan di daftar menunya, Air Mineral, Ajam Goreng Hitam Manis, Ajam Goreng Tomat, Ajam Goreng Wangi, Badak, Baso Sapi Kuewah, Bee Hoon Djawa, Bee Hoon Goreng Rawit Sagoo, Bee Hoon Goreng Special, Bestik Ajam Ala Sagoo, Bestik Oedang Ala Sagoo, Bestik Sapi Djawa, Bestik Sapi Kereta Api, Char Kway Teow, Coke, Djahe Panas, Djahe Tjang Ling, Djoes Djeroek.
Setelah duduk di salah satu bangku kayu, lantas melihat menui, akhirnya anak saya memesan nasi goreng, isteri saya memesan Kway Teow, dan saya sendiri memesan mie.
Sambil menunggu pesanan, saya melihat isi resto yang lapang. Kalo menurut saya sih, cocok banget kalau membawa rombongan. Soalnya meja-mejanya ada yang buat berdua sampai lusinan orang. Di sini juga dijual non-makanan seperti mainan jadul, halma, congklak dan sebaginya. Juga ada kain batik jadul yang suka dipakai encim-encim. Saya akhirnya memesan mug belang hijau putih yang berkesan jadul.

Walaupun cocok untuk resto keluarga, tapi Sagoo Kitchen juga cocok untuk kongkow karena varian makanannya yang bisa masuk segala usia. Tapi karena restoran bernuansa jadul kini makin menjamur di Bandung, jadinya Sagoo Kitchen harus membuat promosi yang lebih kencang lagi. Misalnya, ngundang saya dan teman-teman food blogger mencicipi aneka hidangan di sini, biar nanti direview dan dipublikasikan lewat blog.
Foto-foto: Benny Rhamdani